Jumaat, 9 Januari 2009

cerita motivasi dan inspirasi abang bom2 time cuti

Anak Kecil Dan Seketul Batu
Seorang Executive muda yang berjaya sedang memandu disebuah perkampungan di pinggir Bandar. Ia memandu agak laju dengan sebuah kereta WAJA yang berprestasi tinggi yang baru sahaja dibelinya.

Sambil ia memandu perlahan-lahan ia sedang memerhatikan seorang anak kecil dicelah-celah kereta yang diletakkan ditepi jalan , ia memperlahankan keretanya untuk melihat sesuatu yang difikirkannya.

Seelok-elok sahaja kereta Waja tersebut melintasi kawasan tersebut ; anak kecil tidak kelihatan tetapi seketul batu dilontarkan tepat mengena pintu disebelah kanan kereta Waja tersebut.

Apalagi Executive muda tersebut menekan brek sekuat hatinya dan berundur ke tempat dimana Anak kecil tadi berdiri. Dengan marahnya dia keluar dari kereta terus meluru ke arah Anak kecil , menarik tangan anak kecil dan menghempasnya ke kereta yang terletak ditepi jalan dan terus memarahi Anak kecil tadi :

" Apa ni ? Siapa awak ? dan apa ke jadahnya awak berada disini ? Itu kereta baru , mahal dan susah nak baiki ? Awak tau tak ? Kenapa awak buat ini semua ? jerit Executive tersebut.

Anak kecil itu tunduk sedih , sayu dan memohon maaf ;

" Saya meminta maaf Pakcik, Saya tak tahu apa patut saya buat , ia merayu . Saya melontar batu kerana tak ada orang yang berhenti disini apabila saya panggil".

Dengan linangan air mata ia menunjukkan ke satu sudut yang tidak jauh dari situ.

"Itu abang saya , ia jatuh dari kerusi roda dari tebing disebelah dan tak ada orang yang dapat mengangkatnya kembali. Boleh tak Pakcik menolong saya , ia cedera dan ia terlalu berat untuk saya.

Dengan rasa terharu, Executive muda tersebut melepaskan anak kecil tersebut dan terus mengangkat abangnya dan meletakkannya kembali ke kerusi roda.

Terima kasih , pakcik, Saya doakan pakcik selamat dunia dan akhirat.

Tak dapat digambarkan dengan perkataan , Executive muda hanya melihat dengan sayu, Anak kecil tersebut menyorong abangnya yang cacat dan cedera pulang menuju ke rumahnya. Anak sekecil itu boleh mendoakannya akan kesejahteraan hidupnya.

Executive muda tersebut berjalan perlahan ke arah kereta , WAJA kemek teruk tetapi ia membiarkan saja tanpa dibaiki. Ia mengingatkannya bahawa kita tidak perlu berkejar-kejar dalam kehidupan ini sehinggakan seseorang melontar batu hanya kerana hendakkan perhatian .

PENGAJARAN

Allah tidak menjanjikan hidup ini tidak pernah susah, bersuka-ria tanpa kesedihan, Panas tanpa hujan tetapi ia memberi kita kekuatan, menenangkan kita semasa kesedihan dan menunjukkan jalan yang sebenar-benarnya. Janganlah kita sombong dengan kelebihan yang sementara.


Kisah Lima Sahabat
Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada CINTA, KEKAYAAN, KECANTIKAN, KESEDIHAN, KEGEMBIRAAN dan sebagainya.

Awalnya mereka hidup berdampingan dengan baik dan saling melengkapi. Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik semakin tinggi dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.

CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencuba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki CINTA. Tak lama CINTA melihat KEKAYAAN sedang mengayuh perahu.

"KEKAYAAN! KEKAYAAN! Tolong saya!" teriak CINTA.

Lalu apa jawab KEKAYAAN, "Aduh! Maaf, CINTA!" kata KEKAYAAN.

"Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. saya tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini." Lalu KEKAYAAN cepat-cepat mengayuh perahunya pergi meninggalkan CINTA tenggelam.

CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya KEGEMBIRAAN lewat dengan perahunya.

"KEGEMBIRAAN! Tolong saya!", teriak CINTA.

Namun apa yang terjadi, KEGEMBIRAAN terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tuli tak mendengar teriakan CINTA. Air makin tinggi membasahi CINTA sampai ke pinggang dan CINTA semakin panik. Tak lama lewatlah KECANTIKAN.

"KECANTIKAN! Bawalah saya bersamamu!", teriak CINTA.

Lalu apa jawab KECANTIKAN, "Wah, CINTA, kamu basah dan kotor. saya tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini." sahut KECANTIKAN.

CINTA sedih sekali mendengarnya. CINTA mulai menangis terisak-isak. Apa kesalahanku, mengapa semua orang melupakan saya. Saat itu lewatlah KESEDIHAN. Lalu CINTA memelas, "Oh, KESEDIHAN, bawalah saya bersamamu", kata CINTA.

Lalu apa kata KESEDIHAN, "Maaf, CINTA. saya sedang sedih dan saya ingin sendirian saja...", kata KESEDIHAN sambil terus mengayuh perahunya.

CINTA putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. CINTA terus berharap kalau dirinya dapat diselamatlkan. Lalu ia berdoa kepada Tuhannya, oh tuhan tolonglah saya, apa jadinya dunia tanpa saya, tanpa CINTA? Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "CINTA! Mari cepat naik ke perahuku!"

CINTA menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua reyot berjanggut putih panjang sedang mengayuh perahunya. Lalu Cepat-cepat CINTA naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Kemudian di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan CINTA dan segera pergi lagi.

Pada saat itu barulah CINTA sadar, bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang baik hati menyelamatkannya itu. CINTA segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.

"Oh, orang tua tadi? Dia adalah "WAKTU", kata orang itu.

Lalu CINTA bertanya "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? saya tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku", tanya CINTA heran.

"Sebab", kata orang itu, "hanya WAKTU lah yang tahu berapa nilainya harga sebuah CINTA itu......"



Perangkap Tikus Di Ladang Pertanian
Seekor tikus mengintip disebalik celah di tembok untuk mengamati sang petani dan isterinya membuka sebuah bungkusan. Ada makanan fikirnya?

Dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi peringatan; "Awas, ada perangkap tikus di dalam rumah, awaslah, ada perangkap tikus di dalam rumah!"

Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruk tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Ya maafkan aku, Pak Tikus, aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara peribadi tak ada masalahnya. Jadi jangan buat aku peninglah."

Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing, katanya, "Ada perangkap tikus didalam rumah, sebuah perangkap tikus dirumah!"

"Wah, aku menyesal dengar khabar ini," si kambing menghibur dengan penuh simpati, "tetapi tak ada sesuatupun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu sentiasa ada dalam doa doaku!"

Tikus kemudian berbelok menuju si lembu.

" Oh? sebuah perangkap tikus, jadi saya dalam bahaya besar ya?" kata lembu itu sambil ketawa.

Jadi tikus itu kembalilah kerumah, kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian.

Malam itu juga terdengar suara bergema diseluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menangkap mangsanya. Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Didalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahawa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu.

Petani itu bergegas membawanya ke hospital. Dia kembali ke rumah dengan demam. Sudah menjadi kebiasaan setiap orang akan memberikan pesakit demam panas minum sup ayam segar, jadi petani itu pun mengambil goloknya dan pergilah dia ke belakang mencari bahan bahan untuk supnya itu.

Penyakit isterinya berlanjutan sehingga teman teman dan jiran tetangganya datang menjenguk, dari jam ke jam selalu ada saja para tamu. Petani itupun menyembelih kambingnya untuk memberi makan para pengunjung itu.

Isteri petani itu tak kunjung sembuh. Dia mati, jadi makin banyak lagi orang orang yang datang untuk pengkebumiannya sehingga petani itu terpaksalah menyembelih lembunya agar dapat menjamu makan orang orang itu.

Moral kisah ini:

Apabila kamu dengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan kamu fikir itu tiada kaitan dengan anda, ingatlah bahawa apabila ada 'perangkap tikus' didalam rumah, seluruh 'ladang pertanian' ikut menanggung risikonya . Sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan dari baiknya.


Tempayan Air Yang Retak
Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar; masing-masing bergantung pada kedua hujung sebuah pikulan, yang dibawanya menyilang pada bahunya. Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satu lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, kerana dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari paras yang seharusnya dapat diberikannya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."

"Kenapa?" tanya si tukang air.

"Kenapa kamu merasa malu?"

"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah paras air dari yang seharusnya dapat saya bawa kerana adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Kerana cacatku itu, saya telah membuatmu rugi," kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyedari bahawa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih kerana separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu kerana aku selalu menyedari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya.

Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."

Pengajaran:

Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Tuhan maha bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.



Berhentilah Menjadi Gelas
Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? " sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, " jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka.

"Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.

Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi.

Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.

"Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau."


Biarlah Yang Miskin Berkata, "Aku Kaya!"
Suatu hari, ayah dari suatu keluarga yang sangat sejahtera membawa anaknya bepergian ke suatu negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian, dengan maksud untuk menunjukkan bagaimana kehidupan orang-orang yang miskin.

Mereka menghabiskan waktu berhari-hari di sebuah tanah pertanian milik keluarga yang terlihat sangat miskin.

Sepulang dari perjalanan tersebut, sang ayah bertanya kepada anaknya,"Bagaimana perjalanan tadi?"

"Sungguh luar biasa, Pa."

"Kamu lihat kan bagaimana kehidupan mereka yang miskin?" tanya sang ayah.

"Iya, Pa," jawabnya.

"Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan ini?" tanya ayahnya lagi.

Si anak menjawab, "Saya melihat kanyataan bahwa kita mempunyai seekor anjing sedangkan mereka memiliki empat ekor. Kita punya sebuah kolam yang panjangnya hanya sampai ke tengah- tengah taman, sedangkan mereka memiliki sungai kecil yang tak terhingga panjangnya. Kita memasang lampu taman yang dibeli dari luar negeri dan mereka memiliki bintang-bintang di langit untuk menerangi taman mereka. Beranda rumah kita begitu lebar mencapai halaman depan dan milik mereka seluas horison. Kita tinggal dan hidup di tanah yang sempit sedangkan mereka mempunyai tanah sejauh mata memandang. Kita memiliki pelayan yang melayani setiap kebutuhan kita tetapi mereka melayani diri mereka sendiri. Kita membeli makanan yang akan kita makan, tetapi mereka menanam sendiri. Kita mempunyai dinding indah yang melindungi diri kita dan mereka memiliki teman-teman untuk menjaga kehidupan mereka."

Dengan cerita tersebut, sang ayah tidak dapat berkata apa-apa.

Kemudian si anak menambahkan,"Terima kasih, Pa, akhirnya aku tahu betapa miskinnya diri kita."

Pengajaran Cerita Ini:

Terlalu sering kita melupakan apa yang kita miliki dan hanya berkonsentrasi terhadap apa yang tidak kita miliki. Kadang kekurangan yang dimiliki seseorang merupakan anugerah bagi orang lain. Semua berdasar pada perspektif setiap pribadi. Pikirkanlah apa yang akan terjadi jika kita semua bersyukur kepada Tuhan atas anugerah yang telah disediakan oleh-Nya bagi kita daripada kuatir untuk meminta lebih lagi.



Berat Segelas Air
Pada saat memberikan kuliah tentang Management Stress, Stephen Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya:

“Seberapa berat menurut anda kira-kira segelas air ini?”

Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.

“Ini bukanlah masalah berat mutlaknya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya,” kata Covey.

“Jika saya memegangnya selama 1 minit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”

“Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya,” lanjut Covey.

“Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, berehat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.” Kita harus meninggalkan beban kita secara berkala, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan petang ini, tinggalkan beban tersebut.”

“Bukan beban berat yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.” Stephen Covey.


Mencari Rahsia Kebahagiaan
Seorang pemilik kedai menyuruh anaknya pergi mencari rahsia kebahagiaan dari orang paling bijaksana di dunia. Anak itu melintasi padang pasir selama empat puluh hari, dan akhirnya tiba di sebuah kota yang indah, jauh tinggi di puncak gunung. Di sanalah orang bijak itu tinggal.

Namun ketika dia memasuki kota itu, si anak muda bukannya menemukan orang bijak tersebut, melainkan melihat kesibukan besar di dalamnya: para pedagang berlalu-lalang, orang-orang bercakap- cakap di sudut-sudut, ada orkestra kecil sedang memainkan muzik lembut dan ada meja yang penuh dengan piring-piring berisi makanan- makanan paling enak di kawasan dunia tersebut. Si orang bijak berbicara dengan setiap orang dan anak muda itu harus menunggu selama dua jam. Setelah itu, barulah tiba gilirannya.

Si orang bijak mendengarkan dengan saksama saat anak muda itu menjelaskan maksud kedatangannya, namun dia mengatakan sedang tidak punya waktu untuk menjelaskan rahasia kebahagiaan. dia menyarankan anak muda itu melihat-lihat sekeliling istana, dan kembali kesini dua jam lagi.

"Sementara itu, aku punya tugas untukmu,'kata si orang bijak.

Diberikannya pada si anak muda sudu teh berisi dua titis minyak.

'Sambil kau berjalan-jalan bawa sudu ini, tapi jangan sampai minyaknya tumpah.'

Anak muda itu pun mulai berkeliling-keliling naik turun sekian banyak tangga istana, sambil matanya tertuju pada sudu yang dibawanya. Setelah dua jam, dia kembali ke ruangan tempat orang bijak itu berada.

"Nah,'kata si orang bijak,'apakah kau melihat permaidani-permaidani Persia yang tergantung di ruang makanku? Bagaimana dengan taman hasil karya ahli taman yang menghabiskan sepuluh tahun untuk menciptakannya? Apa kau juga melihat lukisan-lukisan indah di perpustakaanku?'

Anak muda itu merasa malu. Dia mengakui bahwa dia tidak sempat melihat apa-apa. Dia terlalu fokus pada usaha menjaga minyak di sudu itu supaya tidak tumpah.

"Kalau begitu, pergilah lagi berjalan-jalan, dan nikmatilah keindahan- keindahan istanaku,'kata si orang bijak.

'Tak mungkin kau boleh mempercayai seseorang, kalau kau tidak mengenal rumahnya.'

Merasa lega, anak muda itu mengambil sudunya dan kembali menjelajahi istana tersebut, kali ini dia mengamati semua karya seni di langit-langit dan tembok-tembok. Dia menikmati taman-taman, gunung- gunung di sekelilingnya, keindahan bunga-bunga, serta cita rasa yang terpancar dari segala sesuatu di sana. Ketika kembali menghadap orang bijak itu, diceritaknnya dengan mendalam segala pemandangan yang telah dilihatnya.

'Tapi di mana titis-titis minyak yang kupercayakan padamu itu?' tanya si orang bijak.

"Si anak muda memandang sendok di tangannya, dan menyadari dua titis minyak itu sudah tidak ada.

"Nah, hanya ada satu nasihat yang boleh kuberikan untukmu,'kata orang paling bijak itu.

'Rahsia kebahagiaan adalah dengan menikmati segala hal menakjubkan di dunia ini, tanpa pernah melupakan titis- titis minyak di sendokmu."



Kehidupan Umpama Roda
"Guru, saya pernah mendengar kisah seorang lelaki arif yang pergi jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan menurun, lelaki arif konon agak murung. Tetapi kalau jalan sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah apakah yang dapat saya petik dari kisah ini?"

"Itu perlambangan manusia yang telah matang dalam meresapi asam garam kehidupan. Itu perlu kita jadikan cermin. Ketika bernasib baik, sesekali perlu kita sadari bahawa satu ketika kita akan mengalami nasib buruk yang tidak kita harapkan. Dengan demikian kita tidak terlalu bergembira sampai lupa bersyukur kepada yang Maha Pencipta. Ketika nasib sedang buruk, kita memandang masa depan dengan tersenyum optimis. Optimis saja tidak cukup, kita harus mengimbangi optimisme itu dengan kerja keras."

"Apa alasan saya untuk optimis, sedang saya sadar nasib saya sedang jatuh dan berada dibawah."

"Alasannya ialah iman, kerana kita yakin akan pertolongan yang Maha Kuasa."

"Hikmah selanjutnya?"

"Orang yang terkenal satu ketika mesti bersiap sedia untuk dilupakan, orang yang diatas harus siap mental untuk turun kebawah.

"Orang kaya satu ketika harus siap untuk miskin.

"Orang sihat mesti beringat akan sakit"

"Orang muda mesti bersiap untuk hari tua"

"Orang hidup mesti bersiap untuk mati"

Lantaran kita berasal dari tanah dan kembali menjadi tanah.... bukankah itu suatu pusingan roda.


Kisah Seekor Burung Pipit
Ketika musim kemarau baru sahaja mula, seekor Burung Pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengeluh pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat. Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara yang konon khabarnya, udaranya selalu dingin dan sejuk.

Benar, lama kelamaan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai terlekat salji, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah kerana tubuhnya diselaputi salji. Sampai ke tanah, salji yang menyelaputi sayapnya justeru semakin bertambah tebal. Si Burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahawa riwayatnya telah tamat. Dia merintih menyesali nasibnya.

Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan lalu datang menghampirinya. Namun si Burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor Kerbau, dia mengherdik si Kerbau agar menjauh dan mengatakan bahawa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya. Si Kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat diatas burung tersebut.

Si Burung Pipit semakin marah dan memaki-maki si Kerbau. Lagi-lagi Si kerbau tidak bersuara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si Burung tidak dapat bersuara kerana tertimbun kotoran kerbau. Si Burung menjadi pasrah dan berfikir bahawa dia pasti akan mati kerana tak dapat bernafas.

Namun perlahan-lahan, dia merasakan kehangatan, salji yang membeku pada bulunya meleleh sedikit demi sedikit oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernafas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si Burung Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi sepuas- puasnya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, menghulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang-nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salji yang masih melekat pada bulu si burung. Setelah bulunya bersih, Si Burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia berfikir telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.

Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gelita bagi si Burung, dan tamatlah riwayat si Burung Pipit ditelan oleh si Kucing.

Pengajaran:

Dari kisah ini, banyak pesanan moral yang dapat dimanfaatkan sebagai pelajaran:

Halaman tetangga yang nampak lebih hijau, belum tentu sesuai buat kita. Baik dan buruknya penampilan, jangan dijadikan sebagai satu- satunya ukuran. Apa yang pada mulanya terasa pahit dan tidak enak, kadang kadang boleh berbalik membawa hikmah yang menyenangkan, dan demikian pula sebaliknya. Ketika kita baru sahaja mendapat kenikmatan, jangan lupa dan jangan terburu nafsu, agar tidak menyesal kelak. Waspadalah terhadap Orang yang memberikan janji yang berlebihan.


Mesti Berani Mencuba !!!
Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.

"Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetik paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?"

"Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?"

"Lapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang kecil panjang seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?"

"Dalam satu jam harus berdetik 3,600 kali? Banyak sekali itu" jam tetap ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada jam.

"Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetik satu kali setiap saat?"

"Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh keyakinan.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetik satu kali setiap saat. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa kerana ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetik tanpa henti. Dan itu bererti ia telah berdetik sebanyak 31,104,000 kali.

Pengajaran :

Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas atau pekerjaan yang kita rasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun.

Jangan berkata "tidak" sebelum Anda mencobanya.



Manusia Dan Keldai
Suatu ketika seorang laki-laki beserta anaknya membawa seekor keldai ke pasar. Di tengah jalan, beberapa orang melihat mereka dan tersengih menyindir, "Lihatlah orang-orang dungu itu. Mengapa mereka tidak naik ke atas keledai itu?"

Laki-laki itu mendengar perkataan tersebut. Ia lalu meminta anaknya naik ke atas keledai. Seorang perempuan tua melihat mereka, "Sudah terbalik dunia ini! Sungguh anak tak tahu diri! Ia relax di atas keledai sedangkan ayahnya yang tua dibiarkan berjalan."

Kali ini anak itu turun dari punggung keledai dan ayahnya yang naik. Beberapa saat kemudian mereka berselisih dengan seorang gadis muda.

"Mengapa anda berdua tidak menaiki keledai itu bersama-sama?"

Mereka menuruti nasehat gadis muda itu. Tidak lama kemudian sekelompok orang lalu di situ.

"Binatang malang...., ia menanggung beban dua orang gemuk tak berguna. Kadang-kadang orang memang sangat kejam!"

Sampai di sini, ayah dan anak itu sudah muak. Mereka memutuskan untuk memikul keldai itu.

Melihat kejadian itu, orang-orang tertawa termengah, "Lihat, manusia kaldai memikul kaldai!" sorak mereka.

Pengajaran:

Jika anda berusaha memudahkan semua orang, boleh jadi anda tak akan dapat memudahkan dan menggembirakan siapa pun.

Adakah anda kaldai? atau manusia?. Kalau kaldai memang dia tidak banyak kerenahnya.


Mahalnya Sebuah Kehormatan

Seorang pemuda masuk ke dalam sebuah kedai makan, memesan makanan. Tidak beberapa lama kemudian, pesanannya datang.

Saat pemuda itu hendak menikmati makanannya, datanglah seorang anak kecil laki laki menjajakan kuih padanya, "Bang, mahu beli kuih, bang ?"

Dengan ramah pemuda yang sedang makan itu menjawab "Tidak, saya sedang makan".

Anak kecil tersebut tidak putus asa dengan cubaan pertama.

Dia menunggu sampai pemuda itu selesai makan, lalu dia tawarkan lagi kuih dagangannya, "Bang, mahu beli kuih, bang ?"

Pemuda tersebut menjawab, "Tidak dik, saya sudah kenyang."

Lalu, pemuda itu membayar di kaunter dan beranjak pergi dari kedai makan tersebut. Si anak kecil penjaja kuih itu mengikuti. Sudah hampir seharian dia menjajakan kuih buatan ibunya. Dia tidak menyerah pada usahanya.

Anak itu berfikir, "Cuba aku tawarkan kuih ini lagi pada pemuda itu. Siapa tahu kuih ini dijadikan ole ole buat orang di rumahnya."

Apa yang dilakukan oleh anak kecil itu adalah usaha gigih membantu ibunya menyambung kehidupan yang serba sederhana ini.

Saat pemuda itu keluar rumah makan, anak kecil penjaja kuih itu menawarkan kuih dagangannya untuk yang ketiga kali, "Bang mahu beli kuih saya ?".

Kali ini pemuda itu merasa risih untuk menolak. Kemudian, dia mengeluarkan wang RM 10 dari dompetnya dan diberikan pada anak kecil itu sebagai sedekah.

Katanya, "Dik, ambil wang ini. Saya tidak beli kuih adik. Anggap saja ini sedekah dari saya buat adik."

Anak kecil itu menerima wang pemberian pemuda lalu memberikannya kepada seorang pengemis yang sedang meminta minta. Betapa terkejutnya pemuda itu.

"Bagaimana anak ini ? Diberi wang tak mahu malah diberikan pada orang lain?".

Katanya, "Kenapa kamu berikan wang itu pada pengemis ? Mengapa tidak kau ambil saja ?"

Anak kecil penjaja kuih tersenyum lucu menjawab, "Saya sudah berjanji sama ibu di rumah untuk menjualkan kuih buatan ibu, bukan jadi pengemis. Dan saya akan bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalau kuih buatan ibu terjual habis. Wang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya menjadi pengemis".

Pemuda itu kagum dengan kata kata yang diucapkan anak kecil penjaja kuih yang masih sangat kecil buat ukuran seorang anak yang sudah punya etika kerja bahawa "kerja adalah sebuah kehormatan". Kehormatan anak kecil itu akan berkurang di hadapan ibunya, bila dia tidak bekerja keras dan berhasil menjajakan kuih. Dan, adalah pantangan bagi sang ibu bila anaknya menjadi pengemis. Dia ingin setiap kali pulang ke rumah dia melihat ibunya tersenyum menyambut kepulangannya dan senyuman bonda yang tulus dia balas dengan kerja yang terbaik dan menghasilkan wang.

Akhir cerita, pemuda tadi memborong semua kuih yang dijajakan anak kecil itu. Bukan kerana kasihan, bukan kerana lapar tapi kerana prinsip yang dimiliki anak kecil itu "kerja adalah sebuah kehormatan". Dia akan mendapatkan wang kalau dia sudah bekerja dengan baik.

Semoga cerita di atas bisa menyedarkan kita tentang erti pentingnya kerja. Bukan sekadar untuk wang semata. Jangan sampai mata kita menjadi "hijau" kerana wang sehingga melupakan apa erti pentingnya kebanggaan kerjaya yang kita miliki. Sekecil apapun kerjaya itu, kalau kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, pastilah akan bererti besar.


Titik Ais Di Dalam Hati

Dalam sebuah syarikat pengangkutan kargo menggunakan kereta api ada seorang pegawai, bernama Nik. Dia sangat rajin bekerja, dan sangat bertanggung jawab, tetapi diamempunyai satu kekurangan, iaitu dia merasakan tidak mempunyai harapan apapun terhadap kehidupannya, dia melihat dunia ini dengan pandangan tanpa harapan langsung.

Pada suatu hari semua kawan-kawan sekerjanya bergegas untuk merayakan hari ulang tahun kelahiran bos mereka, semuanya pergi dengan cepat dan tergesa-gesa. Dengan tidak sengajaNik yang sedang bekerja terkunci di sebuah bilik sejuk kontena pengangkutan ais yang belum sempat dibetulkan. Nik berteriak, memukul pintu dengan kuat sambil meminta tolong, semua rakannya sudah pergi merayakan ulang tahun kelahiran bosnya, maka tidak ada yangmendengarnya.

Tangannya sudah merah dan bengkak2 memukul pintu itu, suaranya sudah serak akibat berteriak terus, tetapi tetap tidak ada orang yang mempedulikannya, akhirnya dia duduk di dalam sambil menghelakan nafasyang panjang.

Semakin dia berfikir semakin dia merasa takut, dalam hatinya berkata: dalam kontena sejuk pengangkut ais suhunya pasti di bawah 0 darjah, kalau dia tidak segera keluar dari situ, pasti akan mati kesejukan. Dia terpaksa dengan tangan yang gemetar, mencari secarik kertas dan sebuah bolpen, menuliskan surat wasiatnya.

Keesokkan harinya, semua petugaspun datang bekerja. Apabila mereka membukapintu bilik sejuk dalam kontena pengangkut ais tersebut, meraka sangat terkejut menemui Nik yangterbaring di dalam. Mereka segera menghantarkan Nik untuk ditolong, tetapi dia sudah tidak bernyawa lagi. Tetapi yang paling mereka terkejut adalah, bekalan elektrik ke bilik sejuk untuk menghidupkan mesin itu tidak dibuka, dalam bilik kontena yang besar itu cukup oksigen di dalamnya, yang paling mereka hairankan adalah suhu dalam bilik itu 28 darjah C saja, Tetapi Nik mati"kesejukan"!

Pengajaran Cerita Ini:

Nik bukanlah mati kerana suhu dalam kontena terlalu rendah, dia mati kerana ada titik ais di dalam hatinya. Dia sudah menghakim dirinya dengan hukuman mati, Bagaimana dapat hidup terus?

Percaya pada diri sendiri adalah sebuah perasaan hati. Orang yang mempunyai rasa percayaan diri tidak akan terus putus asa, dia tidak akan terus berubah sedih terhadap keadaanhidupnya yang jalan kurang lancar dan berjaya.

Tanyalah pada diri kita sendiri, apakah kita sendiri sering terusmemutuskan bahawa kita tidak mampu untuk mengerjakan suatu hal, sehinggakita kehilangan banyak kesempatan untuk berjaya? Kehilangan banyak kesempatan untuk belajar mandiri? untuk jadi lebih mengerti tentang kehidupan ini?

Yang mempengaruhi semangat kita bukanlah faktor-faktor dari luar, melainkan dalam hati kita sendiri. Sebelum berusaha sudah dikalahkan oleh diri kita sendiri, biarpun ada banyakbantuan yang tertuju pada diri kita ia tetap tidak akan membantu jika kita berkeadaan begitu.


Tujuh Keajaiban Dunia

Sekelompok siswa-siswi kelas geografi sedang mempelajari "Tujuh Keajaiban Dunia." Pada awal pelajaran, mereka diminta untuk membuat senarai apa yang mereka fikir merupakan "Tujuh Keajaiban Dunia" ketika ini. Walaupun ada beberapa ketidak- sesuaian, sebahagian besar senarai diperolehi:

1) Piramida

2) Taj Mahal

3) Tembok Besar Cina

4) Menara Pisa

5) Kuil Angkor

6) Menara Eiffel

7) Kuil Parthenon

Ketika mengumpulkan senarai pilihan, pensyarah memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, pensyarah bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesukaran membuat senarainya.

Gadis pendiam itu menjawab, "Ya, sedikit. Saya tidak dapat memilih kerana sangat banyak."

SPensyarah berkata, "Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami dapat membantu memilihnya."

Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, "Saya fikir, "Tujuh Keajaiban Dunia" adalah,

1) Dapat melihat,

2) Dapat mendengar,

3) Dapat menyentuh,

4) Dapat menyayangi,

Dia ragu sebentar, dan kemudian melanjutkan,

5) Dapat merasakan,

6) Dapat tertawa,

7) Dan, Dapat mencintai

Ruang kuliah tersebut sunyi seketika.

Pengajaran Cerita Ini:

Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya "keajaiban". Sementara kita lihat semua yang telah Tuhan kurniakan untuk kita, kita menyebutnya sebagai "biasa".

Semoga anda hari ini diingatkan tentang segalanya yang betul-betul ajaib dalam kehidupan anda.

Sebuah Batu Kusam

Suatu ketika seorang pencari batu berjalan di gunung yang sangat gersang dan melihat selonggok batu dengan warna coklat kusam yang telah diselimuti oleh lumut dan nampak luarnya relatif lapuk. Kemudian dengan sekuat tenaga pencari batu itu mengayunkan godamnya mengenai batu hingga mendapatkan bongkah batu sebesar kepala, dan mula terlihat warna asli dari batu tersebut adalah putih.

Dibawanya batu itu ke rumahnya, dipotongnya dengan menggunakan alat pemotong batu, hingga percikan api hasil gesekan dengan batu itu sesekali terlihat. Dihaluskan permukaannya yang kasar dari batu tersebut dan digosok.

Siang dan malam, ia berusaha membuat sebentuk batu penghias cincin, dari warna batu yang putih dan kasar, berangsur-angsur menjadi putih, mengkilap dan licin. Pencari batu tersebut tahu betul kesempurnaan bentuk sebuah batu penghias cincin, akhirnya terciptalah sebuah batu yang bernilai.

Pengajaran Cerita Ini :

Sebenarnya alam memberikan berbagai pelajaran buat kita. Kita adalah sebongkah batu, kondisi lapuk, berlumut dan rapuh adalah keadaan kita yang tidak mampu melawan cobaan. Pukulan penukul, gesekan alat pengilat, percikan api adalah gambaran dari cabaran yang datang untuk menempa kita.

Kadang kita menolak cabaran yang datang, tetapi sebenarnya cobaan tersebut adalah dari tuhan untuk membentuk kepribadian kita sehingga kita boleh dilihat bersinar.

Sekarang mari kita fikirkan, dimanakah posisi kita? Apakah kita seketul batu yang tidak berharga? Ataukah kita seketul batu yang sedang mengalami proses menjadi sebuah batu penghias cincin yang memiliki nilai yang mahal?


Tak Sesukar Yang Anda Bayangkan

Di sebuah ladang terdapat sebongkah batu yang amat besar. Dan seorang petani tua selama bertahun-tahun membajak tanah yang ada di sekeliling batu besar itu. Sudah cukup banyak mata bajak yang pecah gara-gara membajak di sekitar batu itu. Padi-padi yang ditanam di sekitar batu itu pun tumbuh tidak baik.

Hari itu mata bajaknya pecah lagi. Ia lalu memikirkan bahawa semua kesukaran yang dialaminya disebabkan oleh batu besar ini. Lalu ia memutuskan untuk melakukan sesuatu pada batu itu.

Lalu ia mengambil alat penggali dan mulai menggali lubang di bawah batu. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahawa batu itu hanya setebal sekitar 6 inchi saja. Sebenarnya batu itu boleh dengan mudah dipecahkan dengan tukul biasa. Kemudian ia lalu menghancurkan batu itu sambil tersenyum gembira. Ia teringat bahawa semua kesulitan yang di alaminya selama bertahun-tahun oleh batu itu ternyata dapat diatasinya dengan mudah dan cepat.

Renungan:

Kita sering ditakuti oleh bayangan seolah permasalahan yang kita hadapi nampaknya besar, padahal ketika kita mau melakukan sesuatu, persoalan itu mudah sekali diatasi. Maka, atasi persoalan anda sekarang. Kerana belum tentu sebesar yang anda takutkan, dan belum tentu sesukar yang anda bayangkan.

Tiada ulasan: